Selasa, 20 Maret 2012

A Story About Journey

"Aku merasa ada hilang, tanpa tahu apa yang sudah aku temukan.
Aku merasa menemukan, tanpa tahu apa yang aku cari. 
Dan aku seperti masih mencari, tanpa tahu apa yang sudah hilang.

Manusia memiliki mimpi..
Ada yang mengejar dan mewujudkannya.
Ada yang mundur dan membuangnya.
Ada pula yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya..."


Sebuah kutipan dari salah satu film yang menurutku berhasil membuat aku meneteskan air mata. Dasar film itu memang bagus atau aku yang cengeng. Entahlah...Yang aku tahu,kata-kata itu dalam maknanya bagi ku saat ini. Sudah usang bagi banyak orang, namun bagiku ketika mimpi itu menjadi dilema, maka yang kutulis diatas adalah pengibaratan dari kegamangan yang ada.

Aku terjatuh. Sudah berulang kali. Kemudian mencoba bangkit. Dan jatuh lagi. Ketika kurasa kusudah mampu berpijak kemudian melangkah, selalu ada batu yang membuatku terjatuh lagi, lagi... Kali ini aku mungkin belum terjatuh. Masih diambang kerapuhan yang hampir selalu membuatku terbangun ditengah tidurku, yang dari awal memang sudah tak lelap.

Darimana harus kumulai jeritan ini.Rasanya tak sanggup kutahan segala sesuatunya sendiri. Aku bukan tidak punya orang-orang yang sayang dan peduli padaku. Hanya saja,entah kenapa sulit bibir ini berkata, bercerita kepada mereka tentang keadaan yang sebenarnya. Yang bisa kulakukan adalah menulis, terdiam, kemudian menangis dalam hati. Entah sudah berapa lama aku bertahan dengan keadaan ini. Aku bahkan tak ingat kapan aku terakhir kali tertawa, benar-benar tertawa.

Bertubi-tubi rasa sakit itu kuterima. Tak kutolak kehadirannya yang tak kunjung usai. Mencoba untuk menikmati rasa sakit itu detik demi detik dalam darah yang mengalir di tubuhku ini. Aku tak pernah memohon untuk menghapuskan derita itu dalam hidupku. Aku hanya memohon, bisakah sejenak saja kunikmati setiap nafas yang berhembus ini dengan tenang, meski saat itu ada ditengah duka yang menimpa.

Aku....Seperti hidup segan mati tak mau. Satu-satunya yang terkadang masih sedikit bisa membuatku tersenyum adalah mereka. Keluargaku. Sosok-sosok yang aku tahu pasti juga mengalami hal yang lebih berat dari jeritan dan tulisan-tulisan ini. Hanya mereka, yang tak pernah pergi saat ku terjatuh dan bangkit dengan langkah gontai. Yang benar-benar nyata meski sekitarku penuh kepalsuan. Marahnya mereka adalah kasih sayang tak terbatas yang tersembunyi. Yang hanya akan nampak jika nurani yang menatap. Sedihnya mereka adalah derita yang tak hilang dengan harta yang berlimpah. Celotehan mereka adalah sesuatu yang selalu dirindukan saat raga selalu berada jauh satu sama lain.

Aku masih hidup. Hingga saatnya raga ini tak lagi merasakan bagaimana sakitnya jatuh. Aku masih bernafas. Hingga saatnya jiwa ini tak ada ditempatnya. Aku masih berjalan, masih melangkah, walaupun sayu, terjatuh dan terinjak, aku masih hidup. Dan jika suatu saat nanti aku sudah terlalu lelah berada jauh, sudah terlalu berat untuk sendiri... Aku sudah tahu kemana aku harus pulang...

1 komentar:

  1. bagus Mee :)
    tetep semangat yah!
    kantongin plester ke mana-mana biar kalo jatuh bs cepet lari lg, ehehe..
    semoga nanti, waktu akan memberimu bisikan utk memilih 'pulang' sejenak dan siap terbang kembali..
    (ceritane wes g lari maneh :p)

    BalasHapus