Kamis, 20 Desember 2012

Di Persimpangan . . .


Kamu tahu, apa yang membuatku akhirnya memilihmu ?
Bukan karna pada tatapan pertamamu. Bukan pula pada sikap manis yang tampak dari gerak tubuhmu. Kamu, membuat hatiku luluh pada setiap tutur kata yang kita bicarakan setelah pertemuan kita pertama kali.

Kamu bukan hanya teman dekat dikeseharian hidupku.Bukan pun hanya tempatku bermanja dan menyandarkan keluhku. Bukan sekedar partner diskusi segala macam materi.Kamu lebih dari itu. Kamu, Aku, menjadi kita. Kita adalah rumah, tempatku dan kamu berpulang saat terlalu lelah melangkah.

Aku tahu itu kamu, saat aku merasa nyaman, meski dengan segala ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan orang lain. Aku tahu itu kamu, ketika aku menutup mata dan membukanya kembali, aku tersenyum mengingatmu. Aku tahu itu kamu, ketika berselisih pun tak saling meninggikan ego dan gengsi individu.Iya, aku jatuh cinta. Kata orang itu buta, tapi bagiku kamu tetap realita meski aku memejam mata.

Segalanya indah. Berlalu hari demi hari, tahun demi tahun. Segalanya terasa luar biasa. Sampai saatnya tiba kita terpisahkan jarak dan waktu yang entah berujung dimana. Mulanya biasa, tak ada yang berubah. Hanya butuh sedikit penyesuaian disana, lalu pengertian disini, saling percaya kemudian, dan komunikasi yang terus berjalan, maka semua baik-baik saja.

Aku, tak akan menyerah dan kalah begitu saja dengan jarak. Tak ingin percaya begitu saja dengan berita-berita miring yang tak ku buktikan sendiri. Takkan mendengar cemooh dari mereka yang bahkan yang tak menjalaninya. Aku hanya akan berhenti jika suatu saat usahaku untuk tetap memperjuangkan kita, berujung pada ketidakpedulianmu.


                                          * * *

Terkadang berubah itu semudah membalikkan telapak tangan. Ya, semudah itu. Aku tak tahu kapan tepatnya. Entah kau atau aku yang menjadi berbeda. Menjadi seperti orang asing dengan rasa yang memang tak lagi seperti dulu.

Tak ada lagi ungkapan cinta dengan binar bahagia. Tak ada bincang hangat meski sebatas ucapan selamat pagi. Tak ada rindu menggebu berujung tetes airmata yang ingin bertemu. Kita, kembali menjadi aku dan kamu, yang tak lagi merasakan kenyamanan.

Mungkin kita terlalu lelah melangkah bersama. Mungkin juga sudah menemukan rumah yang lebih menenangkan. Haruskan kita berhenti untuk istirahat sejenak? Atau memang jalan yang kita tuju sudah tak searah ?

Ada hati, yang coba kupertahankan mesti tersakiti. Ada logika, yang kujaga agar hati tidak mati. Lalu sampai kapan kita bertahan tanpa saling menyakiti ? Mari bicara dan memilih. Saling menggenggam kembali jemari yang mulai tak erat ini, atau melepas perlahan lalu pergi ?


* Tak ada yang bisa memdeskripsikan dan mendefinisikan cinta. Kita manusia hanya bisa merasakannya. Namun dua insan yang jatuh cinta seharusnya tidak memiliki alasan untuk saling menyakiti dan membuat pasangannya gelisah. Jika kemudian di persimpangan jalan tak lagi memiliki tujuan yang sama dan tak menjadi lebih baik, lantas buat apa tetap bersama ? *