Jumat, 27 April 2012

Catatanku.....

Setiap manusia selalu punya deritanya masing-masing. Entah dalam wujud yang sama atau berbeda, rasa sakit  pasti mengiringi perjalanan hidup yang memang singkat. Dikenang dan dijadikan pelajaran hidup, atau dikubur dalam kemudian melupakannya, adalah sebuah pilihan yang menjadi hak masing-masing dari mereka. 

Pilihanku, untuk mengenang itu dan menjadikannya harta yang tak ternilai. Namun sayangnya, kapasitas ku sebagai manusia biasa, tak mumpuni dan memiliki keterbatasan yang terbatas. Demi itu, kuputuskan untuk membuat memori itu dalam bentuk tulisan. Berharap suatu saat ketika nafasku tak lagi panjang, memori itu bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang sekitarku.....

1989
Tahun aku dilahirkan sebagai bayi perempuan pertama dalam keluarga sederhana...

1990 - 1993
Tumbuh dengan limpahan kasih sayang yang tak kuingat bentuknya, namun sangat kuingat bagaimana rasanya...

1994
Pertama kali masuk sekolah dasar. Masih kuingat bagaimana senangnya memakai baju itu. Kalian pasti pernah merasakannya juga bukan?

2000 hingga 2003
6 tahun ternyata waktu yang singkat menjalankan hidup sebagai anak-anak. Sesingkat roda yang berada di atas kemudian berputar cepat dan terhenti di bawah. Ada saat ketika kulihat ayah bunda kehilangan segalanya. Tak ada lagi hidup serba ada dan penuh kenyamanan. Ayah bunda tak pernah berenti mengingatkanku untuk selalu mawas diri. Diumur yang sekarang,  dunia akan menjadi lebih berwarna dan sekaligus lebih kejam dari yang dibayangkan. 

Hal tersakit saat itu yang kuingat, mereka menghina ku, mencaci maki dan menghakimi, keluargaku. Aku tak bisa berbuat banyak saat itu, tapi mereka, takkan pernah sedikitpun kulupakan dari ingatanku. "Ayah bunda bisa kehilangan harta dunia dan mengejarnya kembali, tapi anak, harta dunia akhirat yang jika hilang, akan sulit untuk kembali''. Kuingat baik-baik pesan mereka. Takkan kukecewakan kepercayaan yang mereka berikan padaku. Takkan pernah.... 

2003 - tahun kelulusan
Sudah bisa dikatakan dewasa kah aku di umur ku yang sekarang? 
Umur...bukan sebuah patokan kepastian seseorang dinyatakan sebagai orang yang dewasa. Bersikap dan bertutur kata serta memiliki pola pikir jauh ke depan. Umumnya, manusia berjenis kelamin yang akrab dipanggil perempuan, pada umur yang sekarang lebih cepat dewasa daripada lawan jenisnya. Tapi, tetap bukan suatu ukuran bukan? 

Dimasa-masa ini, seseorang lebih cenderung labil dan bertindak sesuka hati. Mengekspresikan apa yang ada dibenaknya. Bahkan merasa dirinya paling benar. Terkadang sampai menentang maksud baik orang tua... Tak munafik, aku pun pernah, tapi sejauh itu tidak mengecewakan ayah bunda, aku rasa tak masalah. Bukankah aku sedang berproses untuk menjadi orang yang lebih dewasa? 

2006
Tahun pertamaku menjadi mahasiswa...Wow..Luar biasa...
Aneh, bingung, gembira, sedih. Campur aduk. Begitu semangat tapi tetap aneh rasanya. Tak pernah terbayangkan menginjakan kaki ku di sini. Bangku mahasiswa. Dengan kondisi perekonomian keluarga yang naik turun, lulus menengah atas saja aku bersyukur. Kalau diijinkan, aku lebih memilih untku membantu ayah mencari nafkah untuk keluarga. Tapi sayangnya, aku tak boleh.

2007
Tahun kedua...
Suatu hari aku sangat bersemangat, tapi semangatku ternyata tak cukup menopang raga ini lebih lama. Hari itu... Ahli bidang kesehatan itu memberi peringatan penghakiman untukku..hidupku tak lagi panjang. Begitu katanya...Siapa dia? Tuhan? Atau malaikat pencabut nyawa yang dikirimkan Tuhan padaku? Siapa kamu?Menghakimi umurku...Kamu bukan Tuhanku...Aku masih ingin hidup..Kamu sama denganku..Kau dan aku sama-sama manusia!!!!

2008
Satu tahun berlalu...Tahun ketiga ku..
Aku masih bernafas...Masih berdiri. Meskipun rasa sakit terus menggerogoti. Aku kuat. Aku bisa. Semangat membuat ku bernafas lebih lama. Semangat membuat ingat, masih ada keluarga ku disana. Semangat, membuatku bertahan, menyelesaikan tanggung jawabku, membahagiakan mereka...

2009
Penglihatanku sudah mulai kabur. Suara pun hanya samar-samar ku dengar. Begitu cepat... Haruskah aku meyerah sekarang? Beberapa saat setelah menulis ini mungkin aku tak disini bersama kalian. Atau mungkin beberapa saat lagi, kalian lah yang meninggalkanku...
Aku mungkin terlambat mengucapkannya, kuharap tak ada lagi yang terlambat seperti ku. Jika ini menjadi yang terakhir kesempatanku, ijinkan aku...

Memohon maaf atas segala khilaf hidupku...
Ma'afkan aku bunda, Aku belum bisa membalas air susu kehidupan yang kau berikan...
Ma'afkan aku ayah, Aku belum bisa mengembalikan harta mu yang hilang demi menghidupiku..
Ma'afkan aku kawan, aku tak bisa lagi berjalan bersamamu. Mengingatkanmu saat salah. Tertawa dan menangis bersama disaat susah...

Terima kasih.. Mewarnai kanvas hidupku penuh warna..
Memberi segala arti pelajaran hidup sarat makna..
Terima kasih.. Mau berjalan berdampingan denganku..
Terima kasih...
                        
                                                                                                           Salam Kasih Penuh Cinta
                                                                                                                       - Nadira -


Kamis, 26 April 2012

Tik Tok Tik Tok....

Ia berjalan, pelan saja...
Tak berlari, Tak berhenti, hanya melangkah terus, lurus...
Ia diabaikan, disepelekan...
Terkadang dihindari, tapi tetap coba dihentikan...
Meski sejenak, ketika disadari tepi jurang sudah mendekat, jutaan pasang mata itu menginginkannya kembali, sebentar saja...

Ia tak punya sepasang bola mata untuk melihat sukaduka..
Tak punya telinga untuk mendengar hinaan atau sekedar keluhan...
Meski terus berjalan, ia bahkan tak punya kaki untuk berdiri..

Sang waktu, begitulah mereka menyebutnya...
Sesuatu yang selalu dikambing hitamkan ketika asa tak sesuai realita...
Sesuatu yang tak nampak, namun begitu nyata, begitu dekat...
Sesuatu, yang mestinya dijadikan sahabat, dijadikan kerabat, bukan bahan debat...

Biarkan semua itu berjalan apa adanya...
Tanpa paksaan...
Hingga saat itu tiba........

Waktu yang tunjukkan...
Baik buruk yang kita kerjakan...
Benar salah yang kita perdebatkan...

Waktu yang tunjukkan...
Pilihan itu tepat atau tidak...
Jalan itu lurus atau berkelok...

Biar waktu yang tunjukkan...
Penyesalan itu ternyata sangat dekat...
Sedekat waktu yang baru saja terlewat...


Jumat, 13 April 2012

Demi Emak


Bagaimana rasanya jika tiba-tiba segala yang dicapai susah payah terasa sia-sia???
Hilang dalam sekejap mata. Dibuang ketika jalannya sudah berliku dan melewati kerikil tajam.
Diabaikan.  Tak didengar. Diacuhkan. Nyaris seperti tak ada pilihan lain yang bisa dipilih.
Antara mengikuti kata hati dan atau mungkin, anggap saja nurani mungkin tak sanggup lagi berkata tidak....

Aku...Umur 25 tahun. Pendidikan Strata 1,  lulusan universitas terkemuka di pulau jawa beberapa tahun lalu. Sekarang tercatat sebagai pekerja tetap di perusahaan kenamaan negeri sakura. Bermukim di tempat yang tidak sempurna seperti ibukota. Tidak sedingin kota kembang di barat sana. Dominan lebih bijak dikatakan tempat yang biasa-biasa saja. Tapi disini...setidaknya aku mengerjakan apa yang ingin aku kerjakan. Punya cita-cita yang bisa kukejar. Punya mimpi yang bisa ku wujudkan. Dan juga harapan yang tak putus.

Berangkat ketika sang surya telah besinar, kemudian kembali saat sinarnya mulai redup. Terkadang bahkan hingga sang purnama mulai terlihat. Bukan karna materi tambahan yang ku dapat, melainkan sebuah integritas. Bagi kebanyakan orang mungkin cenderung membosankan. Tapi toh aku masih menikmatinya. Jadi, apa peduli yang mereka katakan jika aku masih bertahan.

This is my way..my rules..Judge me all you want..and see if i care....
Prinsip hidup yang mungkin sudah digunakan banyak orang. Ya, banyak orang. Aku, memang bukan orang idealis yang mendirikan partai-partai atas nama rakyat itu. Bukan juga orang-orang yang punya banyak uang untuk sekedar menyebar nama.  Bukan public figure yang dominan kepalsuan. Aku bukan kamu. Bukan dia. Bukan mereka. Aku, memang aku dan hanya aku...

Keras kepala, iya. Bukan egois, hanya cenderung lebih perfeksionis. Cuek, tak berarti tak empati. Cerewet, tapi introvert. Itulah aku. Tak sedikit orang sekitar yang pro kontra dengan kepribadianku. Hanya ketegasannya adalah, aku takkan berubah jika hanya karna kalian. Aku berubah karena aku memang harus berubah. Saat waktu berkata bahwa aku harus berubah. Entah benar-benar berubah atau apapun namanya.

Saat itu pun pada akhirnya akan tiba. Dan bukan tiba-tiba. Sudah sejak lama. Hanya saja, berulang kali aku selalu coba berkelit. Selalu saja ada sesuatu yang bisa ku jadikan alasan untuk menghindar. Tapi kali ini, sepertinya waktu nya sudah benar-benar datang, dan aku tak lagi bisa melarikan diri. Saat dimana, aku harus mengikuti apa yang tak seperti kata hati bicara. Mengikuti kata mereka. Katanya ini demi kebaikanku. Demi masa depanku. Atau, demi nama baik keluarga...

Selalu ada perang batin ketika hati bicara sedangkan logika berkata lain. Selalu ada rasa bimbang saat jalan yang kita pilih ternyata bukanlah jalan yang direstui. Saat prinsip hidup yang kupegang erat tak selamanya bisa kugenggam. Saat yang memohon adalah orang yang antara hidup dan matinya menghadirkan kita.

Sementara hening dalam diam...
Tak bisa terlukiskan bentuk gejolak yang mengamuk disetiap degup jantung yang berdetak. Masih belum bisa ku pahami arti ombak yang menghempaskan itu. Entah bagaimana, saat ini, aku menyebutnya dalam setiap asa yang kuraih, selalu ada tanggung jawab atas kewajiban yang  tertagih suatu saat nanti. Dan ketika waktu itu datang, bagaimana pun caranya, kusebut itu sebuah pengorbanan.....