Jumat, 13 April 2012

Demi Emak


Bagaimana rasanya jika tiba-tiba segala yang dicapai susah payah terasa sia-sia???
Hilang dalam sekejap mata. Dibuang ketika jalannya sudah berliku dan melewati kerikil tajam.
Diabaikan.  Tak didengar. Diacuhkan. Nyaris seperti tak ada pilihan lain yang bisa dipilih.
Antara mengikuti kata hati dan atau mungkin, anggap saja nurani mungkin tak sanggup lagi berkata tidak....

Aku...Umur 25 tahun. Pendidikan Strata 1,  lulusan universitas terkemuka di pulau jawa beberapa tahun lalu. Sekarang tercatat sebagai pekerja tetap di perusahaan kenamaan negeri sakura. Bermukim di tempat yang tidak sempurna seperti ibukota. Tidak sedingin kota kembang di barat sana. Dominan lebih bijak dikatakan tempat yang biasa-biasa saja. Tapi disini...setidaknya aku mengerjakan apa yang ingin aku kerjakan. Punya cita-cita yang bisa kukejar. Punya mimpi yang bisa ku wujudkan. Dan juga harapan yang tak putus.

Berangkat ketika sang surya telah besinar, kemudian kembali saat sinarnya mulai redup. Terkadang bahkan hingga sang purnama mulai terlihat. Bukan karna materi tambahan yang ku dapat, melainkan sebuah integritas. Bagi kebanyakan orang mungkin cenderung membosankan. Tapi toh aku masih menikmatinya. Jadi, apa peduli yang mereka katakan jika aku masih bertahan.

This is my way..my rules..Judge me all you want..and see if i care....
Prinsip hidup yang mungkin sudah digunakan banyak orang. Ya, banyak orang. Aku, memang bukan orang idealis yang mendirikan partai-partai atas nama rakyat itu. Bukan juga orang-orang yang punya banyak uang untuk sekedar menyebar nama.  Bukan public figure yang dominan kepalsuan. Aku bukan kamu. Bukan dia. Bukan mereka. Aku, memang aku dan hanya aku...

Keras kepala, iya. Bukan egois, hanya cenderung lebih perfeksionis. Cuek, tak berarti tak empati. Cerewet, tapi introvert. Itulah aku. Tak sedikit orang sekitar yang pro kontra dengan kepribadianku. Hanya ketegasannya adalah, aku takkan berubah jika hanya karna kalian. Aku berubah karena aku memang harus berubah. Saat waktu berkata bahwa aku harus berubah. Entah benar-benar berubah atau apapun namanya.

Saat itu pun pada akhirnya akan tiba. Dan bukan tiba-tiba. Sudah sejak lama. Hanya saja, berulang kali aku selalu coba berkelit. Selalu saja ada sesuatu yang bisa ku jadikan alasan untuk menghindar. Tapi kali ini, sepertinya waktu nya sudah benar-benar datang, dan aku tak lagi bisa melarikan diri. Saat dimana, aku harus mengikuti apa yang tak seperti kata hati bicara. Mengikuti kata mereka. Katanya ini demi kebaikanku. Demi masa depanku. Atau, demi nama baik keluarga...

Selalu ada perang batin ketika hati bicara sedangkan logika berkata lain. Selalu ada rasa bimbang saat jalan yang kita pilih ternyata bukanlah jalan yang direstui. Saat prinsip hidup yang kupegang erat tak selamanya bisa kugenggam. Saat yang memohon adalah orang yang antara hidup dan matinya menghadirkan kita.

Sementara hening dalam diam...
Tak bisa terlukiskan bentuk gejolak yang mengamuk disetiap degup jantung yang berdetak. Masih belum bisa ku pahami arti ombak yang menghempaskan itu. Entah bagaimana, saat ini, aku menyebutnya dalam setiap asa yang kuraih, selalu ada tanggung jawab atas kewajiban yang  tertagih suatu saat nanti. Dan ketika waktu itu datang, bagaimana pun caranya, kusebut itu sebuah pengorbanan.....


2 komentar:

  1. terima kasih teman karena telah mendeskripsi kan suasana hati ini dengan baik :)

    BalasHapus
  2. my pleasure buddy... :)
    thank you was become one of my inspiring...
    *huggggg

    BalasHapus