Kamis, 04 Oktober 2012

Dua Dunia

Kopi... 
Hitam.Pekat.Kelam...( Harum )
Satu gelas tak pernah cukup. Seduh dan seduh lagi. Minum dan minum lagi. Begitu nikmat. Membuat ketagihan setiap orang yang menghirup aromanya hingga tergoda untuk terus meminumnya. Menghilangkan penat. Membuat pikiran tenang, lalu apalagi?
Ada saatnya nanti, ketika gelas yang begitu kau nikmati itu membuatmu merasakan sakit karna perlahan lapisan organ pencernaan  lambat laun terkikis, berdarah, perih...Lalu, kau akan berbuat apa? Berhenti?  Sampai kapan? Sampai saat nya kau temukan saat untuk menikmatinya kembali?

Susu...
Putih.Sehat.Bersih...( Amis )
Satu gelas saat kau akan beranjak pergi di pagi hari. Satu gelas saat kau bergegas  tidur melepas lelah.  Meminumnya membuat kau akan terasa hangat. Apalagi  jika kau tambahkan madu saat menyeduhnya. Susu, melengkapi  empat sehatmu menjadi sempurna. Kau takkan pernah menderita jika meminumnya. Susu terlalu baik untuk tubuhmu. Tapi ketika seseorang sedang gundah dan tak dapat berfikir jernih, ia takkan pernah mencari susu. Ya, tak akan....
                                                   
                                                  * * *

Itu aku. Laki-laki yang kata orang tidak punya masa depan. Tidak ada harapan. Siapa yang mau berteman denganku. Mendekatiku saja enggan. Orang hanya akan datang padaku saat ia merasa bosan, merasa jengah dengan hidupnya. Lalu mengajakku menikmati beberapa gelas kopi , kemudian pergi. Aku, mungkin kegagalan hidup yang pernah lahir ke dunia.

Itu kamu. Perempuan dengan paras cantik, berhati mulia, berotak cerdas. Kata orang kau sempurna. Semua orang suka dengan keberadaamu. Tak kecuali aku. Tapi kau pendiam, itu yang ku tahu dari mereka. Kau selalu sibuk dengan buku-buku itu. Seperti (selalu) menghindar dari keramaian. Seperti entah apa, kusebut saja, duniamu. Ingatkah saat kau membantu membersihkan luka di tanganku?  Itu entah kesekian kali nya mungkin kita bertemu, tapi, itu menjadi pertama kalinya kita saling menatap mata dan bicara.

                                                 * * *

Senja di tempat itu. Tak pernah berubah meski sudah bertahun-tahun terlewati. Sama seperti perasaan ku, yang tak pernah berubah untukmu. Aku yakin kau pun begitu. Kau, sudah pasti tau dimana kita selalu menikmati indahnya senja ini. Tempat dimana kita pernah menghabiskan waktu bersama.  Yakinlah sayang, akan ada saatnya nanti, kita pasti kembali bersama. Di suatu tempat yang lebih bahagia. Selama waktu itu belum tiba, aku akan tetap menunggu mu disini.

Aku baik-baik saja dan akan terus begitu.  Kau mengetahui itu lebih dari siapa pun. Kau memang tak di sisiku, tak menemaniku. Tapi kau meninggalkan cangkir berisi kopi susu sebagai penggantinya. Seperti katamu, kita memang tak pernah sama, tapi karena kita berbeda, perasaan ini menjadi luar biasa.


( Tuhan, aku sangat mencintainya. Aku berharap dunia ku tak (pernah) terpisah lagi dengannya. )

                                                  * * *

1 komentar: